Jumat, 25 Februari 2011

LIDAH TAK BERTULANG !!



Betul ! Lidah tak bertulang. Walau tidak punya tulang, lidah merupakan kebutuhan vital dalam kehidupan. Dengan lidah inilah kita dapat merasakan makanan dan minuman. Lidah kerap kali digunakan untuk membedakan rasa asin, manis atau pahit. Bayangkan, andai kita tidak memiliki lidah, maka dijamin halal, kita akan kesulitan dalam menentukan sebuah cita rasa.
Dalam kehidupan politik, kita sering juga mendengar istilah "keseleo lidah". Kalimat ini biasa nya digunakan sebagai bentuk pembelaan dari penguasa, sekira nya ada kata-kata atau kalimat yang dilontarkan sang penguasa, yang ditengarai dapat  menimbulkan antipati dari rakyat nya. Para bawahan dan staf, umum nya akan berkilah bahwa bukan itu maksud yang ingin disampaikan, tapi kata-kata itu terlontar karena "keseleo lidah".
Pemaknaan "keseleo lidah" sendiri, memang terkait dengan kekhilafan atau kealfaan manusia. Seorang pejabat, pemimpin, maupun penguasa, tentu harus benar-benar memperhatikan kata dan kalimat yang akan diucapkan nya. Untuk itu, sungguh tepat jika banyak para pemimpin yang menggunakan teks ketika menyampaikan pidato atau pengarahan nya. Bahkan tidak sedikit para Kepala Negara yang menggunakan bahasa negara nya ketika sedang melakukan pertemuan-pertemuan dunia, dan tidak menggunakan bahasa Inggris. Agar bahasa yang digunakan tersebut dapat dipahami oleh bangsa-bangsa lain, maka dilakukan proses penerjemahan ke berbagai macam bahasa.
Kehati-hatian yang demikian, memang diperlukan. Apalagi jika pesan yang dikemukakan nya itu, berkaitan dengan kepentingan dan nasib hajat hidup orang banyak. Pemimpin atau orang yang sedang memegang tampuk kekuasaan, perlu cerdas dan piawai dalam mengolah kata dan mengemas nya ke dalam sebuah kalimat. Ini penting dicermati, karena masyarakat umum nya, masih belum bebas 100 % dari pengalaman masa lalu, dimana apa-apa yang diucapkan Pemimpin itu tak ubah nya laksana "sabda pandito ratu".

Selasa, 22 Februari 2011

Daftar Keinginan yang Bukan Hanya Pidato dan Pepesan Kosong ..!

"Shopping List" atau daftar keinginan adalah ikon yang sangat menonjol dalam sebuah penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang), khusus nya di tingkat Kelurahan/Perdesaan. Begitu banyak harapan dan aspirasi yang diungkapkan nya. Mulai dari yang terkait dengan pengembangan infrastruktur seperti pengaspalan jalan, perbaikan jembatan, pengembangan irigasi desa, perluasan jalan perdesaan, pembuatan masjid, perbaikan sekolah, Puskesmas; hingga ke soal-soal yang berhubungan dengan pengembangan ekonomi masyarakat seperti Bumdes, koperasi, simpan pinjam, pengembangan ekonomi keluarga dan lain sebagai nya lagi.

    Saking banyak nya aspirasi yang disampaikan, para penyelenggara Musrenbang terpaksa harus mencatat nya, untuk diusung ke Musrenbang tingkat Kecamatan. Tatakla Musrenbang tingkat Kecamatan di gelar, para penyelenggara Musrenbang tampak sedikit kewalahan. Bukan saja karena Musrenbang tingkat Kecamatan harus mampu memberi penajaman yang lebih fokus atas usulan-usulan yang diusulkan oleh Musrenbang tingkat Kelurahan/Perdesaan, ternyata mereka pun dituntut untuk mampu "menyeleksi" program dan usulan apa yang harus dipilih berdasar skala prioritas yang sudah ditetapkan.