Suara Rakyat, Kamis 3 Maret 2011
Walau
diantara kita tidak ada yang mengundang kehadiran suatu bencana, namun
kita tetap harus mewaspadai akan datang nya bencana. Sebagai "tamu yang
tak diundang", kita tidak pernah tahu persis, kapan akan terjadi banjir
bandang; ngak jelas juga kapan sebuah gunung akan meletus; kurang lebih
kapan bakal terjadi tsunami dan kapan pula akan terjadi gempa bumi
dengan SR yang cukup tinggi. Belum lagi yang menyangkut bencana gagal
panen berbagai jenis komoditi pertanian. Lalu bagaimana menjawab kalau
panen padi di musim hujan. Bahkan bagi para nelayan dengan tinggi nya
gelombang laut, maka hal itu pun merupakan bencana bagi kehidupan
keluarga nya.
Bencana, rupa nya memiliki keragaman
suasana. Bencana, bukanlah sebuah kondisi yang pantas untuk dibanggakan.
Kita tidak perlu merasa tersanjung dengan terjadi nya letusan Gunung
Merapi. Tidak pantas juga untuk merasa hebat dengan terjadi nya tsunami
di Kepulauan Mentawai. Justru yang penting untuk dijadikan percik
permenungan kita bersama adalah sampai sejauh mana kemampuan yang kita
miliki dalam menghadapi bencana yang sewaktu-waktu dapat muncul secara
mendadak. Disinilah sebetul nya kita dituntut untuk mampu memberi solusi
atas masalah yang bakalan kita hadapi, baik dalam skala lokal, regional
atau bahkan dalam skala nasional.
Apa yang perlu
dilakukan jika bencana gempa bumi terjadi tatkala kita sedang tidur
nyenyak ? Bagaimana penanganan nya jika tiba-tiba terjadi tsunami
padahal kita sedang istirahat dan berkumpul bersama keluarga ? Dan
sampai sejauh mana sistem deteksi dini terkait dengan bencana ini sudah
disiapkan Pemerintah ? Pertanyaan ini menarik untuk diungkap, karena
dengan ada nya kejujuran dalam menjawab, maka kita akan lebih mengenali
bagaimana sesungguh nya kesiapan warga bangsa dalam menghadapi sebuah
bencana. Termasuk di dalam nya soal peralatan teknologi dan informasi
yang dibutuhkan; proses penyuluhan kebencanaan dan keseriusan Pemerintah
sendiri dalam menyikapi ada nya bencana alam yang tak dinanti-nantikan
nya itu.
Hadir nya program Desa Siaga Bencana yang diinisiasi oleh Kementerian Sosial,
boleh jadi merupakan langkah simpati dalam mengejawantahkan makna
"early warning system" penanganan bencana, dalam kehidupan nyata di
tengah-tengah masyarakat. Program Desa Siaga Bencana, sepantas nya
dirancang-bangun lewat sebuah kesisteman yang saling terkait diantara
para pemangku kepentingan. Pendekatan yang sifat nya "top down" sudah
saat nya kita tendang jauh-jauh. Tidak jaman nya lagi ada program yang
dipaksakan dari atas. Era sekarang adalah suasana untuk membangun
harmoni. Kebijakan harus merupakan perpaduan antara kemauan politik
Pemerintah dengan aspirasi yang tumbuh di tengah-tengah rakyat. Dan
pelaksanaan nya pun tentu saja harus melibatkan seluruh komponen
masyarakat.
Rendah nya pemahaman masyarakat terhadap
kebencanaan, sudah sepatut nya menjadi prioritas dalam rumusan program
Desa Siaga Bencana. Dalam hal ini, tentu saja yang nama nya pendidikan,
pelatihan dan penyuluhan soal kebencanaan menjadi sangat penting untuk
disiapkan seapik mungkin. Para "desainer" program Desa Siapa Bencana
mestilah mampu berpikir secara utuh, holistik dan integratif bahwa
masalah kebencanaan bukan hanya melibatkan satu sektor tapi di dalam nya
akan terkait dengan multi sektor. Bahkan pendekatan keruangan pun
menjadi bagian yang tak kalah penting nya untuk dijadikan bahan
pertimbangan penyusunan dan perancangan Desa Siaga Bencana. Lebih dari
itu, koordinasi yang berkualitas dan peningkatan kapasitas kelembagaan
mutlak dijadikan titik kuat dan titik tekan dalam perencanaan,
pelaksanaan dan monev nya di lapangan.
Desa Siaga
Bencana, harus nya menjadi prioritas kebijakan Pemerintah, baik Pusat
atau Daerah. Luncuran pertama nya di tahun 2011 ini, tentu saja
diharapkan mampu memberi penyadaran kepada semua pihak bahwa kita jangan
main-main dalam menghadapi bencana. Kebencanaan, sudah semesti nya
menjadi program yang serius dan disiapkan slot anggaran secara khusus
dan dikemas dalam perencanaan dengan sistemik. Pola "pemadam kebakaran"
yang selama ini mewarnai setiap kebijakan Pemerintah dalam menghadapi
bencana, sudah waktu nya untuk ditinggalkan. Kita berharap agar
Pemerintah mampu merancang program "jemput bola", sehingga
kejadian-kejadian yang tidak diharapkan dapat dieleminir semaksimal
mungkin. Semoga pelaksanaan Desa Siaga Bencana ini benar-benar akan
senafas dengan apa-apa yang menjadi kebutuhan warga bangsa secara
keseluruhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar